Permasalahan dari Faktor-faktor
Sosial Budaya yang Menimbulkan Kebutuhan akan Bimbingan
a.
Perubahan Konstelasi Keluarga
Kesibukan orang tua dalam bekerja bisa menyebabkan sang anak
kekurangan nutrisi. orang tua yang sibuk bekerja kadang membiarkan anaknya
diasuh oleh orang lain dan tanpa mengetahui makanan yang anaknya makan. kadang
apabila anaknya diasuh sendiri dan sang ibu tak sempat memasak, seorang
ibu sering memberikan anaknya makanan
cepat saji tanpa mempedulikan nutrisinya.
b.
Perkembangan Pendidikan
Perbedaan
pola pikir pada anak bisa menyebabkan tidak optimalnya proses belajar di
sekolah. anak yang berpikirnya cepat akan mudah menerima materi bahkan kadang
ada yang sudah mengetahui materi yang belum dijelaskan oleh dosen, sedangkan
anak yang berpikirnya lambat mengalami sedikit kesulitan dalam memahami materi.
c. Dunia
Kerja
Kita
semua tahu Ryan Tumiwa, Ryan adalah mahasiswa lulusan UI bergelar S2 dengan ipk
3,32 meminta mahkamah konstitusi agar ia dilegalkan untuk melakukan bunuh diri.
Dalam kesaksiannya, Ryan mengalami depresi karena lebih dari 1th menganggur,
dia putus asa karena tak mendapat pekerjaan. Banyak orang-orang di indonesia
yang seperti Ryan, bisa mendapatkan nilai A tapi tak bisa mempertanggung
jawabkan nilai A tersebut. Ketika kita kuliah kita tak hanya menghafal, tapi
kita juga harus berpikir. Inilah bedanya antara tahu dan bisa. Pengusaha tidak
mencari pegawai bertipe "pemegang ijazah". Kampus baru mengisi
anak-anak dengan pengetahuan, sedangkan untuk menghasilkan manusia yang
berpikir dibutuhkan lebih dari sekedar pengetahuan, yaitu keterampilan dalam
memindahkan pikiran ke dalam tindakan nyata. Kita jangan berpikir apabila kita
beripk tinggi maka perusahan akan mencari kita, karena pendidikan yang
sebenarnya itu tidak dinilai dari angka-angka. Dunia kerja tak hanya menilai
orang yang bekerja hanya dengan ipk saja, karena ipk itu dinilai kesekian
kalinya setelah kemampuan komunikasi, kejujuran, kemampuan kerja sama,
kemampuan interpersonal, etika, motivasi, kemampuan beradaptasi, daya analitik
dll. Jadi ipk itu bukan hal yang utama, karena banyak mahasiswa beripk tinggi
namun akhirnya hanya menjadi pengangguran. itulah salah satu permasalahan yang
terjadi di indonesia, mahasiswa dengan pendidikan dam nilai tinggi tapi tidak
mampu untuk mendapatkan pekerjaan, karena mungkin yang dia kejar ketika kuliah
bukan ilmu dan penerapannya tapi nilai yang bisa dia peroleh.
d.
Perkembangan Kota Metropolitan
Banyak
orang berpikir bahwa di kota metropolitan sangat mudah mencari kerja, sehingga
banyak orang tak mempedulikan bahwa banyak pekerjaan di kota metropolitan
membutuhkan suatu profesi bukan hanya sekedar pekerja. Suatu profesi membutuhkan suatu keahlian
khusus dan sertifikasi/lisensi (pendidikan dalam kurun waktu tertentu). Selain
itu seorang pekerja harus bekerja secara profesional. Profesional dapat kita
nilai dari penampilan, sikap (etika dan moral), komitmen, kompetensi/kemampuan
(loyal, dedikasi, royal) dan ilmu. Banyak orang yang hanya mengandalkan otot
lama-lama akan menjadi pengangguran. Karena hidup di kota metropolitan otak dan
otot itu bekerja sama. Tidak bisa jika hanya berjalan salah satu saja. Karena
banyak orang hanya mengandalkan otot saja atau otak saja, sehingga lambat laun
seiring berkembangnya kota metropolitan maka
terjadilah kemiskinan yang meraja lela, perkampungan kumuh menjamur
dimana-mana, bahkan banyak orang yang menghalalkan segala cara untuk bisa makan
sesuap nasi.
e.
Perkembangan Komunikasi
Berkembangnya
teknologi mempermudahkan kita dalam berkomunikasi dengan manusia, namun banyak
anak muda yang menyalah gunakannya. Ketika di BBM, WA, IG, atau ketika Chating
mereka saling bercandaan, namun ketika bertemu mereka hanya diam bahkan ada
yang seperti tidak kenal. Ketika belajar banyak siswa yang sibuk dengan
dunianya, sibuk dengan hpnya. Ketika diajak kawannya berbicara tak banyak yang
benar-benar memperhatikan ketika temannya bicara, banyak yang sibuk dengan hp
cangihnya. Ada juga yang keasikan BBMan
hingga lupa waktu. Itulah fenomena yang terjadi sekarang ini. Berkembangnya
teknologi terutama komunikasi kadang tak memberikan dampak baik tapi malah
membuat pribadi seseorang menjadi buruk.
f. Seisme
dan Rasisme
Wanita
adalah makhluk yang istimewa. Bahkan surga ada di telapak kaki ibu. Perempuan
memang lembut dalam berbuat karena kelembutan yang dimiliki seorang wanita, ada
beberapa orang yang memandang bahwa wanita itu adalah makhluk yang lemah, wanita dibatasi dalam bekerja. Tugas wanita
adalah menjadi penjaga dapur dan mengurusi keluarga. Wanita juga tidak bisa
bergerak bebas seperti seorang lelaki. Mereka beranggapan bahwa kaum lelaki
lebih kuat daripada wanita dan wanita adalah mahkluk yang sangat lemah.
Universitas
adalah tempat untuk mencari ilmu. Indonesia yang memiliki bermacam-macam suku
bangsa menyebabkan 1 universitas di suatu daerah memiliki mahasiswa dari
beberapa daerah atau suku. Namun, perbedaan suku bangsa ini kadang menimbulkan suatu permasalahan.
Mahasiswa asli Jawa kadang menganggap remeh orang asli Ambon dan memandang
lebih orang dari Sulawesi atau dari Jawa sendiri. Hal itu menyebabkan rasa
tidak nyaman pada mahasiswa asli Ambon karena sering dibuli, dicaci, atau
diasingkan.
g.
Kesehatan Mental
Allah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sempurna. walau kadang seorang manusia
yang sempurna secara fisik tak mampu bersyukur atas apa yang telah diberikan
tuhan. Orang tua yang terlalu
mengengkang anaknya bisa menyebabkan anaknya depresi. Ketika anak mengalami
kegagalan bukan dicaci atau malah dijatuhkan tapi dirangkul dan buatlah seorang
anak itu bisa berdiri dan berjalan lagi. Namun pada nyatanya tak banyak orang
tua yang benar-benar peduli pada hal yang demikian, orang tua ingin anaknya
pintar, orang tua ingin anaknya sukses, tapi orang tuanya tak mampu memotivasi
anaknya. Tak sedikit anak yang kurang perhatian ini lari mencari sesuatu yang
menurutnya bisa membuatnya bahagia, seperti minum-minuman keras,
menyalahgunakan obat-obatan terlarang, atau ada juga yang sampai bunuh diri
karena terlalu banyak tuntutan dari orang tua dan apa yang anak tersebut
lakukan itu selalu salah dimata orang tuanya.
h.
Perkembangan Teknologi
Perkembangnya
teknologi yang semakin pesat menyebabkan anak kadang melangar norma-norma yang
berlaku di masyarakat. Anak belajar dari apa yang dia lihat, banyak anak sd
yang sudah mengetahui tentang teknologi menyalahgunakannya. Banyak anak sd yang
bolos sekolah karena bermain game online, berbohong minta uang jajan lebih
untuk beli buku tapi uangnya untuk bermain game. Hal yang sudah tak asing lagi
bagi kita. Padahal dalam permainan game online itu tak mendidik pola pikir
anak, dan bisa membuat anak tidak bisa berpikir antara dunia game dengan dunia
nyata. Dalam permainan game online kebanyakan permainannya adalah balapan dan
pembunuhan. Jika anak terlalu sering bermain game online maka besar kemungkinan
perilaku anak tersebut bisa menjadi buruk. Bahkan anak-anak yang sering bermain
game online pun banyak yang berkata kotor ketika dia kalah dalam permainan yang
dia mainkan.
i. Kondisi
moral dan Keagamaan
Keluarga
bisa menyebabkan lunturnya moral dan keagamaan pada manusia. Keluarga yang
kurang menanamkan nilai-nilai keagamaan bisa menyebabkan hilangnya moral dan
lunturnya keimanan. Karena lingkungan, pergaulan bebas, dan perkembangan
teknologi sangat mudah mempengaruhi diri sang anak. Jadi peran keluarga sangat
penting dalam proses pembentukan diri anak.
j. Kondisi
Sosial Ekonomi
Manusia
tak selamanya duduk di atas dan tak selamanya pula hidup di bawah. Bumi ini
terus berputar. Yang atas bisa turun ke bawah dan yang bawah bisa naik ke atas.
Itu semua tergantung kerja keras kita dalam hidup di dunia ini. Kondisi sosial
ekonomi menyebabkan terbentuknya jarak antara gol kaya dan miskin. Orang yang
bergolongan kebawah merasa sungkan apabila bergaul dengan orang-orang kaya dan
Kadang orang-orang kaya pun dengan sombongnya enggan berteman dengan
orang-orang yang bergolongan ke bawah.